KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3 CGP Angkatan 7


                                 
 

KONEKSI ANTAR MATERI

Modul 2.3 (Coaching Untuk Supervisi Akademik)

 

Oleh : Umi Hidayah, S.Ag

TKIM Bhakti Mulia Yogyakarta

CGP Angkatan 7 Kab. Sleman DIY

 

 

Tujuan Pembelajaran Khusus

 

CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama mempelajari modul 2 dalam berbagai media.

 

I.      Kesimpulan setelah mempelajari modul 2.3 (Coaching untuk Supervisi Akademik)

Pengertian Coaching.

Coaching adalah Bentuk kemitraan bersama klien (coachee)  untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional  yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi  pemikiran dan proses kreatif.

Coaching Dalam Pendidikan

Coaching dalam Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah menuntun  tumbuhnya segala  kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh karena itu keterampilan coaching perlu dimiliki oleh seorang pendidik untuk menuntun segala kodrat (potensi) anak agar selamat dan bahagia.

Dalam coaching, murid diberi kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya. Dan peran pendidik sebagai pamong dalam memberi  tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya, tanpa membahayakan dirinya.

Paradigma Berpikir Among ada 4, yaitu :

1.      1.  Coach dan coachee adalah mitra belajar

2.       2. Emansipatif

3.      3.  Kasih dan persaudaraan

4.      4.  Ruang perjumpaan pribadi

 

Tujuan supervisi akademik adalah untuk mengembangkan kompetensi guru agar dapat melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Dan salah satu paragidma berpikir yang memberdayakan adalah coaching.

Paradigma berpikir coaching diantaranya adalah :

1.      1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan.

2.       2. Bersikap terbuka dan ingin tahu

3.       3. Memiliki kesadaran diri yang kuat

4.      4.  Mampu membuat peluang baru dan masa depan.

 

 

Prinsip Coaching diantaranya :

1.     Kemitraan, artinya, posisi coach dan coachee setara. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri, dan coach hanya sebagai mitra berpikir bagi coachee. Tujuan pengembangan ditetapkan oleh coachee sendiri agar punya motivasi diri dan komitmen.

2.     Proses kreatif. Melalui percakapan dua arah yang memicu proses berpikir coachee, memetakan dan menggali situasi coachee untuk mengfhasilkan ide-ide baru.

3.     Memaksimalkan potensi. Pada proses coaching, seorang coach melontarkan pertanyaan-pertanyaan  pemantik agar coachee tergali untuk mengeluarkan ide-ide sehingga potensinya berkembang secara maksimal dalam menentukan langkah-langkah pengembangan dirinya. Dan percakapan diakhiri dengan rencana tindak lanjut yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya.

Kompetensi Inti Coaching :

1.     Kehadiran penuh (Presence). Seorang coach harus bisa hadir secara penuh/utuh bagi coachee, sehingga badan, pikiran dan hati selaras saat melaksanakan percakapan coaching.

2.     Mendengarkan aktif. Coach lebih banyak mendengarkan (menyimak) dan lebih sedikit bicara. Menghindari asumsi, melabel, dan asosiasi.

3.       Mengajukan pertanyaan berbobot, yaitu pertanyaan yang menggugah  orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya dan dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi nyata bagi  pengembangan diri dan kompetensi.

Untuk dapat mengajukan pertanyaan berbobot, seorang coach harus dapat mendengarkan dengan RASA, yaitu :

Receive : terima semua ucapan dan dengarkan kata kunci.

Apreciate : Beri sinyal bahwa coach mendengarkan, misalnya kontak mata, hmm..., ok.

Summarize : Rangkum dari yang tertangkap dari ucapan coachee.

Ask : Ajukan pertanyaan untuk memper dalam.

Alur TIRTA sebagai percakapan yang berbasis Coaching.

1.       Tujuan . Coach perlu mengetahui tujuan yang ingin dicapai oleh coachee.

2.       Identifikasi. Penggalian dan pemetaan stuasi yang sedang dibicarakan dan menghubungkan fakta-fakta yang ada pada saat sesi.

3.       Rencana Aksi. Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat.

4.       Tanggung jawab. Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya.

 

Ada beberapa macam jenis percakapan coaching, yaitu :

1.       1. Percakapan untuk perencanaan

2.      2.  Percakapan untuk pemecahan masalah

3.       3. Percakapan untuk berefleksi

4.       4. Percakapan untuk kalibrasi

 

Umpan Balik Berbasis Coaching

Yang perlu diperhatikan saata memberikan umpan balik dengan prinsip coaching adalah:

1.      1.  Tujuan umpan balik untuk membantu pengembangan diri coachee

2.      2.  Tanpa umpan balik, orang tidak mudah berubah

3.       3. Menjaga prinsip kemitraan

4.       4. Memahami pendapat coachee.

 

Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching.

Supervisi akademik adalah serangkaian aktifitas yang bertujuan untuk memberikan dampak langsung pada guru daatkan n kegiatan langsung di kelas, yang merupakan kegiatan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid. Dengan demikian, Supervisi akademik dari pandangan seorang coach adalah sebagai proses berkelanjutan yang memberdayakan.

Prinsip Supervisi Akademik dengan paradigma berpikir coaching adalah :

1.       1. Kemitraan

2.       2. Konstruktif

3.       3. Terencana

4.       4. Reflektif

5.       5. Obyektif

6.       6. Berkesinambungan

7.       7. Komprehensif.

 Tahapan Supervisi Akademik ;

1.       1. Perencanaan

2.      2.  Pelaksanaan

3.      3. Tindak lanjut.

Tahapan Supervisi Klinis :

1.      1.  Pra observasi

2.       2. Observasi

3.       3. Pasca Observasi.

 

II.    Pemikiran Reflektif  terkait Pengalaman Belajar.

Sebelum mempelajari modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, saya merasa penasaran, apa itu coaching, apa itu supervisi akademik, apa kaitannya couching dengan supervisi akademik, bagaimana sebuah coaching diterapkan dalam sebuah supervisis akademik.

Kemudian pada saat pre test, ada beberapa hal yang memang belum saya ketahui dari soal-soal yang disediakan. Hal ini membuat saya makin penasaran dengan isi modul 2.3.

Saat mempelajari modul 2.3, saya merasa banyak hal baru yang baru saya ketahuai. Pengertian coaching, bagaimana perbedaanya dengan dialog/percakapan model lain, teknik dan prinsip dalam mempraktikkan coaching, kaitannya coaching dengan supervisi akademik, dan lainnya, membuat saya makin tertantang untuk mempraktikkan couching di sekolah.

Saya merasa sangat senang  pada sesi ruang kolaborasi, yang mana saya dapat mempraktikkan coaching dengan teman CGP lain. Pertama kali praktik, merasa sangat terbatas karena sambil mengingat-ingat  prinsip dan kompetensi dalam sebuah proses coaching serta alur yang harus diperhatikan (alur TIRTA). Kesulitan yang saya alami ketika berperan sebagai coach dalam praktik tersebut adalah ketika harus membuat pertanyaan berbobot agar coachee dapat menggali potensi dan memberdayakan  dirinya sehingga muncul ide-ide baru dalam mencapai tujuannya.

Dan saya sangat bersemangat untuk mempraktikkan keterampilan coaching saya di sekolah walau belum sempurna keterampilan yang saya miliki. Saya akan mempraktikkannya untuk membantu murid dan teman sejawat dalam upaya meningkatkan kompetensinya.

Hal baik yang sudah saya miliki.

Saya merasa sudah baik dalam berkolaborasi dengan teman sejawat saat mempraktikkan coaching pada sesi ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual, baik sebagai coach, coachee maupun observer.

Hal yang perlu ditingkatkan.

Setelah mempraktikkan coaching  bersama teman CGP lain, saya merasa perlu meningkatkan keterampilan saya dalam membuat pertanyaan berbobot saat menjadi coach, sehingga coachee dapat  tergali potensinya dandapat menemukan ide-ide dalam menyelesaikan masalahnya dan mencapai tujuannya. Selain itu, saya harus menghindari asumsi, judging dan asosiasi agar tetap terarah proses percakapan coachingnya.

Perkembangan kompetensi dan Kematangan Pribadi.

Setelah mempelajari modul 2.3, saya merasa kompetensi saya mulai berkembang yang ditandai dengan kemampuan saya dalam mempraktikkan coaching bersama teman CGP lain, baik sebagai coach, coache dan observer. Saat  berperan sebagai coach, saya berusaha membuat pertanyaan berbobot dan dapat mengendalikan diri dari membuat  asumsi, judging dan asosiasi terhadap coachee selama percakapan coaching.

 

III.  Peran saya sebagai seorang Coach di sekolah dan keterkaitannya dengan modul 2.1 dan modul 2.2

Selama ini, di sekolah,  saya belum pernah menjalani sebuah proses coaching yang ideal sebagaimana yang saya pelajari pada modul 2.3

Sebagai seorang CGP, yang sudah saya lakukan adalah berusaha menuntun murid dan menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan menciptakan budaya positif di kelas maupun di sekolah. Saya telah menerapkan  pembuatan keyakinan kelas yang disepakati bersama murid. Dalam menyelesaikan persoalan dengan murid, saya berusaha memposisikan diri sebagai seorang manajer dan menerapkan segitiga restitusi.

Untuk selanjutnya, saya akan memposisikan diri sebagai seorang coach dalam rangka meningkatkan potensi murid dan meningkatkan kompetensi rekan sejawat dalam upaya menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Dengan keterampilan coaching yang saya miliki, saya berharap dapat membantu rekan sejawat dalam meningkatkan kompetensinya sekaligus dapat menciptakan budaya positif di sekolah.

Kemudian, saya akan berusaha mendiseminasikan pengetahuan saya tentang coaching ini kepada teman sejawat dan kepala sekolah agar semua pihak dapat juga mempraktikkan coaching baik bagi siswa maupun kepada teman sejawat lainnya.

 

Keterkaitan dengan modul 2.1 dan 2.2

 

Sebagai pemimpin pembelajaran, saya harus bisa berperan menjadi seorang coach dalam upaya menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid, yaitu pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Sedapat mungkin saya harus terlebih dahulu memahami karakter dan gaya belajar murid  sehingga upaya dalam menuntun kodrat mereka dapat tercapai dengan optimal. Dalam proses mengetahui dan memahami karakter murid tersebut, keterampilan menjadi seorang coach sangatlah dibutuhkan.

Demikian juga dalam upaya menuntun murid mengembangkan sosial emosionalnya, keterampilan guru menjadi seorang coach (memaksimalkan potensi dan memberdayakan) sangatlah dibutuhkan, sehingga perkembangan sosial emosional murid dapat berkembang dengan baik, dan murid dapat mencapai well being dalam kehidupannya.

 

IV.  Keterkaitan keterampilan Coaching dengan peningkatan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran.

 

Keterampilan coaching, khususnya peran sebagai coach hendaknya dimiliki oleh seorang kepala sekolah dalam sebuah supervisi akademik. Pada dasarnya, supervisi akademik bertujuan untuk mengembangkan potensi guru agar dapat melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid, bukan hanya sekedar menjalankan tugas untuk kepentingan administratif belaka. Hal ini selaras dengan prinsip coaching  yaitu untuk memaksimalkan potensi guru dengan proses kreatif dan prinsip kemitraan.  Oleh karena itu, seorang kepala sekolah harus mempunyai kompetensi sebagai seorang coach, yaitu kehadiran penuh, mendengarkan aktif dan mengajukan pertanyaan berbobot agar tujuan dari proses coaching dapat tercapai.

Dengan keterampilan coaching yang dimiliki oleh seorang kepala sekolah yang memahami prinsip-prinsip dan paradigma berfikir coaching serta memiliki kompetensi inti coaching, maka proses supervisi akademik tidak lagi menjadi momok bagi guru sebagimana selama ini terjadi, karena dalam supervisi akademik yang menggunakan paradigma berfikir coaching, terjadi percakapan pra observasi dan percakapan pasca observasi/tindak lanjut, sehingga guru yang disupervisi merasa lebih tenang dan nyaman dan meningkat kompetensinya sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid.

 

Tantangan saya sebagai CGP di sekolah saat ini adalah memberikan pemahaman tentang supervisi akademik dengan paradigma berfikir coaching kepada kepala sekolah dan teman sejawat, agar tujuan supervisi akademik yang seharusnya mempunyai tujuan mulia itu dapat tercapai dan memberikan manfaat bagi guru maupun sekolah.

Hal yang dapat saya lakukan untuk menghadapi tantangan diantaranya :

1.       Melakukan diseminasi tentang coaching untuk supervisi akademik.

2.      Membagikan pengalaman coaching saya melalui praktik langsung atau membagikan rekaman video saat saya malkukan coaching melalui media sosial.

Demikian Koneksi Antar Materi Modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik. Semoga bermanfaat dan terimaksih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KILAS BALIK PEMBATIK Level 4 2022 (Perjalanan Menuju level 4)

KULIAH UMUM Hari 1 PembaTIK Level 4 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1